Sinopsis Buku Arsitektur Melayu, Rumah Tradisional dalam Sketsa dan Lensa

oleh


Penulis Gun Faisal saat melakukan hibah buku kepada Dispusip Kota Pekanbaru

Buku : Arsitektur Melayu, Rumah Tradisional dalam Sketsa dan Lensa

Penulis : Gun Faisal dan Yohannes Firzal

Penerbit : Badan Penerbit Universitas Riau Press

ISBN : 978-623-255-025-4

Sinopsis

Gun Faisal, lahir di Taluk Kuantan, Kuantan Singingi, Provinsi Riau ini aktif meneliti bangunan tradisional dan vernacular sampai sekarang, sehingga sudah banyak penelitian dan buku yang diterbitkan. Bersama rekannya, Yohannes Firzal bersama-sama menulis buku Arsitektur Melayu, Rumah Tradisional dalam Sketsa dan Lensa. Buku ini ada untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat khususnya generasi muda, terlebih bagi semua pemerhati arsitektur nusantara tentang bagaimana arsitektur melayu itu.

Rumah dalam kehidupan orang melayu tidak hanya sebagai tempat berlindung. Namun merupakan wadah perlambang kesempurnaan dalam mengekspresikan hubungan antara sesama, komunitas, dan lingkungan sekitar dalam kehidupan kosmis keseharian dari waktu ke waktu. Syarat dengan simbol, nilai dan makna budaya tempatan, menjadikan rumah melayu sebagai pembuktian akumulasi ikatan emosional dan tradisi. Kehidupan bertradisi tercermin dengan jelas dari berbagai corak ragam senibina rumah melayu tradisional yang tersebar pada perkampungan di sepanjang aliran sungai. Berawal dari puak-puak kebudayaan inilah rumah melayu tradisional menjelma sebagai referensi penting dalam keberlanjutan arsitektur melayu dimasa dating.

Arsitektur melayu dapat dikenali dari berbagai tipologi rumah tradisional diantaranya dikenal dengan rumah Melayu Limas di Pekanbaru, rumah Lontiak di Kampar, rumah Begonjong di Gunung Toar, Rumah beratap Layar dan Bersayap di Sentajo, rumah melayu Peranakan (campuran etms China) di Bagansiapiapi dan Selat Panjang (Faisal, 2019).

Bangunan rumah melayu tradisional juga dikenal dengan sebutan Senibina. Rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal, namun dapat juga menjadi lambang kesempurnaan hidup (Effendy, 2007). Rumah menjadi ukuran bagaimana kepala rumah tangga bertanggung jawab atas keluarganya. Orang yang tidak memiliki rumah  dianggap tidak memilki tangung jawab terhadap keluarganya.

Rumah melayu tradisional identik dengan bentuk rumah panggung kayu. Hal ini mencerminkan nilai kearifan lokal, melalui desain adaptif terhadap iklim dan kondisi lingkungan sekitarnya, ditunjukkan antara lain dengan banyaknya bukaan ventilasi, interior ruangan dalarn minim partisi, peninggian elevasi lantai (panggung) untuk melancarkan aliran udara, penggunaan bahan bangunan menyerap panas, hingga orientasi barat-timur yang dapat mereduksi panas sinar matahari langsung (Yuan, 1987), serta desain rumah yang diasumsikan sesuai dengan syariat agama (Husny dalam Rusmiawati dan Prasetyo, 2013).

Rumah melayu tradisional juga merupakan perlambang strata sosial pemiliknya. Rumah merupakan simbol kedudukan penghuni rumah sebagai penegasan akan derajat pemilik rumah. Rumah merupakan sesuatu hal yang istimewa, sama halnya juga dengan cara membangun rumah. Seni membangunan rumah merupakan wujud aplikasi ilmu arsitektur dalam budaya melayu. Selain sebagai tempat tinggal kehidupan keseharian dilakukan, rumah juga pertanda kehidupan yang sempurna. Hal ini dapat ditemui dalam ungkapan tradisional melayu bahwa rumah sebagai cahaya hidup di bumi, tempat beradat berketurunan, tempat berlabuh kaum kerabat, tempat singgah dagang lalu, hutang orang tua kepada anaknya’ (Effendy, 2007).

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai arsitektur melayu, saksikan videonya dibawah ini

Tentang Penulis: DISPUSIP Kota Pekanbaru

Gambar Gravatar
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DISPUSIP) Kota Pekanbaru hadir sebagai salah satu wujud keseriusan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. DISPUSIP Kota Pekanbaru mengemban tugas untuk memberikan pelayanan yang terbaik di bidang perpustakaan dan Kearsipan.

No More Posts Available.

No more pages to load.