Seandainya Samuel Jan Momos Jadi Walikota – Lomba Menulis

oleh
Samuel Jan Momos

Kini aku berumur 17 tahun, duduk dibangku kelas 12, jurusan Manajemen Bisnis SMK Negeri 1 Pekanbaru, aku hanyalah siswa biasa, yang tidak pernah merasakan indahnya juara, walaupun aku ketua kelas.Yap, aku sudah 12 kali berturut-turut menjadi ketua kelas, dalam kata lain, dari kelas 1 SD hingga kelas 12 SMK aku selalu menjadi ketua kelas, tapi jabatan ketua kelas tidak menentukan juara, tapi belajar yang giat serta sikap yang baiklah yang menentukan kita juara atau tidak.

Pada suatu hari saat aku bersekolah, cuaca sedang tidak bersahabat, hujan deras mengguyur sekolahku, dan sepenglihatanku, hujan ini tampaknya menyeluruh bahkan hingga sampai rumahku, tepat pula hari itu adalah hari dimana aku belajar matematika, 4 jam sebelum pulang sekolah pada hari Senin adalah jadwal pelajaran matematika, ya, matematika adalah pelajaran yang kurang aku sukai, tentu aku sangat ingin pulang, melepaskan kebosananku, ngantukku, serta laparku , dipikiranku hanyalah pulang, ganti baju, makan, mandi, lalu tidur.

Tibalah saatnya bel pulang, wajahku yang tadinya muram, seketika menjadi semangat untuk segera pulang, bergegas membereskan buku, menyandang tas, lalu menyiapkan kelas untuk berdoa dan mengucap salam kepada guru.Hujan sudah tidak terlalu deras, dan aku pun langsung ke parkiran sepeda motor lalu pulang kerumah.Ketika diperjalanan menuju pulang, jalanan sangat macet, sudah setengah jam aku ikut mengantri macet-macetan tapi tak kunjung berjalan, dengan rasa penasaran serta penuh kesal, aku turun dari motorku lalu berjalan kaki melihat apa yang sesungguhnya terjadi hingga membuat macet, ternyata jalanan macet karena banjir, banyak motor didepan yang mogok, tapi, karena niatku untuk segera pulang, dan waktu yang sudah menunjukkan jam setengah 6 sore, aku menggeber motorku, menerobos banjir, tanpa sedikit rasa takutpun motorku mogok.Di kanan dan kiri jalan banyak sekali toko yang tergenang banjir, tak jarang pula aku temukan sampah yang ikut tergenang.

Sesampainya dirumah, aku langsung ganti baju, makan, mandi, dan langsung tidur. Bagaimana tidak, sampai dirumah saja sudah jam 7 malam, belum lagi jam masuk sekolahku adalah jam 6:45, aku harus bangun cepat, bersiap-siap dan berangkat cepat agar tidak terjebak macet dan tidak terlambat masuk sekolah.

“Siap pak, saya sambil kerja sambil bertanya-tanya dengan bapak boleh pak? Anak saya katanya mau jadi Walikota kalau sudah besar, setidaknya saya bisa menjelaskan kepada anak saya yang masih kecil ini, bagaimana caranya menjadi Walikota” Jawab pekerja dari Dinas Kebersihan.

“Iya pak, dengan senang hati saya akan menjawab pertanyaan bapak” Jawabku dengan ramah.

“Pak, apa rencana bapak untuk Kota Pekanbaru ini pak?” Tanya si pekerja sambil terus membersihkan gorong-gorong.

“Rencananya sih banyak, yah yang seperti kita kerjakan ini contohnya, membersihkan gorong-gorong supaya tidak terjadi banjir, rencana-rencana lainnya juga banyak, seperti membangun taman-taman hijau, yang nantinya bisa digunakan para orang tua untuk bermain bersama anaknya, atau untuk olahraga, atau untuk tempat membaca, pasti banyaklah gunanya, terus saya juga akan membuat tempat rekreasi seperti kebun binatang, seperti yang kita tahu, kebun binatang di Pekanbaru sepertinya kurang terurus, jaraknya yang cukup jauh, serta binatangnya yang kurang banyak, jadi anak-anak di Pekanbaru kurang edukasi seputar hewan. Lalu saya juga akan memperbaiki infrastruktur, memperlebar jalan, melakukan pemerataan pembangunan agar tidak terjadi ketidak seimbangan pembangunan daerah Pekanbaru, kata singkatnya, saya akan bekerja keras untuk membangun Kota Pekanbaru yang Metropolitan dan ramah lingkungan, sebab semua itu butuh keseimbangan, jangan kebanyakan gedung gedung besar tapi gak ada ruang hijau, itu kayaknya gak tepat dan gak benar tata kota yang seperti itu.“ Jawabku

“Bapak kok mau jadi Walikota? Kan capek, mesti mikirin ini itu, kerjaan juga banyak, gaji bapak banyak ya? Makanya bapak mau jadi Walikota?” Tanya si pekerja.

“Ya bagaimanalah, malu saya rasanya, saya hidup diantara miliaran manusia di dunia, selagi saya bisa membantu orang lain, ya kenapa tidak? Prinsip hidup saya itu saya harus berguna bagi orang lain, toh hidup di dunia ini kan gak lama, masa kita gak mau berguna bagi orang lain, walaupun saya belum bisa jadi presiden, tapi jadi Walikota juga sudah cukup kok, saya melayani rakyat dengan ikhlas, ini nasib saya aja yang bagus makanya saya bisa jadi Walikota, bapak juga sudah membantu orang lain kok pak, hidup bapak gak sia-sia, bapak berguna bagi orang lain, bapak bersihin gorong-gorong ini ada manfaatnya, Pekanbaru jadi gak banjir, semua itu kan sudah diatur oleh yang diatas pak, kalau semuanya jadi Walikota, lalu siapa yang bersihin gorong gorong ini? Ya kan? Kalo soal mau jadi orang kaya mah saya tinggal buka usaha aja, atau kerja di perusahaan, tapi itu tadi, prinsip hidup saya itu saya harus berguna bagi orang lain, soal kaya kayaan mah ya sampai manalah harta itu pak, kan gak dibawa mati, toh hidup di dunia ini juga sementara” Jawabku dengan ramah sembari memantau pembersihan gorong gorong.

“Lalu bagaimana pendapat bapak seputar perkataan sebagian orang yang katanya Walikota itu gak ada kerjanya, atau Walikota sering korupsi, tapi mainnya bersih, jumlah korupsinya kecil, jadi gak ketahuan kalau dia korupsi” Tanya si pekerja

“Soal itu sih, ya mereka mungkin tidak tahu apa saja yang saya kerjakan setiap harinya, mereka tahunya saya duduk dikantor aja terus nyuruh nyuruh orang, ya gak gitulah, kalau saya cuma nyuruh dan gak saya pantau, nanti kalau pekerjaannya kurang bagus bagaimana? Saya yang dimarahin sama atasan saya, siapa atasan saya? Rakyat sendiri, karena seperti yang kita tahu, Negara kita ini Negara Republik, kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Bicara tentang korupsi, ya itu kan pandangan mereka terhadap saya, mereka mungkin hanya melihat dari satu sudut pandang, dan silahkan saja dia berpendapat, toh Negara kita Negara demokrasi, bebas berpendapat, tapi silahkan saja cek saya, buktikan bahwa saya memang melakukan korupsi, hahaha” Jawab ku sembari tertawa.

Aku tersentak, ah!ternyata aku hanya mimpi*kataku*, aku langsung melihat jam dinding, tepat jam setengah 5, waktu yang memang biasanya aku terbangun untuk siap siap bergegas pergi ke sekolah, aku masih teringat mimpi tadi, aku menjadi seorang Walikota, huh, semoga saja hal ini memang benar terjadi, seandainya aku jadi walikota, akan kubangun Pekanbaru menjadi kota Metropolitan yang ramah lingkungan. Dari mimpi tadi, aku belajar bahwa, aku tak perlu tahu orang lain membutuhkanku atau tidak, yang terpenting adalah, aku akan selalu ada untuk mereka.

“Tulisan ini di ikut sertakan dalam Lomba Hari Jadi Kota Pekanbaru ke 233 Tahun 2017”

Samuel Jan MomosNama Penulis : Samuel Jan Momos

Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Pekanbaru

Tentang Penulis: DISPUSIP Kota Pekanbaru

Gambar Gravatar
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DISPUSIP) Kota Pekanbaru hadir sebagai salah satu wujud keseriusan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. DISPUSIP Kota Pekanbaru mengemban tugas untuk memberikan pelayanan yang terbaik di bidang perpustakaan dan Kearsipan.

No More Posts Available.

No more pages to load.