Seandainya Sabila Aisyah Putri Jadi Walikota – Lomba Menulis

oleh -899 views
Sabila Aisyah Putri

“Dari Berandai Dalam Pikiran, Hingga Tanggung Jawab Berada di Pundak”

Menjadi seorang pemimpin tindak pandang buluh bukan saja berasal dari kaum lelaki saja namun wanita juga bisa memimpin. Menjadi seorang pemimpin tidaklah semudah yang di pikirkan banyak orang. Bukan hanya duduk santai dan hanya menggoreskan tinta dalam sebuah kertas. Seorang pemimpin merupakan mesin yang menggerakkan semua kata perubahan menuju kemajuan. Saya dapat merasakan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang pada waktu itu saya merupakan Ketua Osis. Dengan tanggunga jawab untuk melaksanakan  sejumlah program. Hanya tertulis di selembar kertas namun bak dipandang dekat, dicapai tak dapat ya kelihatnnya mudah namun sangat sulit untuk mencapainya. Hanya sebuah organisasi intra sekolah yang melingkupi beberapa orang saja saya dapat merasakan bagaimana sulitnya menjadi seorang pemimpin. Tanggung jawab itu sudah merupakan sebuah kewajiban dan harus terlakasana walaupun ada beberapa kendala yang membuat program tersebut berjalan sedikit tidak lancar. Namun hal itulah yang menambah semangat saya, membuat saya berpikir lebih kritis untuk merasakan menjadi pemimpin bukan hanya di lingkup sekolah hingga yang saya inginkan di lingkup daerah, provinsi ataupun negara. Tidak ada salahnya jika setiap orang berandai, kelak impian dalam kata berandai itu mampu membawa kita duduk bersama komponen- komponen petinggi lainnya.

Andai saya menjadi Wali Kota Pekanbaru, itulah kalimat yang mampu untuk saat ini saya ucapkan . kelak esok kalimat itu bukanlah sekedar ucapan saya namun sudah berada di pundak saya, memangkul tanggung jawab dengan semangat pantang menyerah . Hingga yang saya pikirkan untuk kota Pekanbaru ini bermulai dengan  saya akan mengajak Pemkab, pengusaha dan semua komponen masyarakat Pekanbaru untuk membuat rumah baca di setiap pelosok-pelosok desa. Kenapa desa? Karena sebenarnya di desalah terdapat potensi sumber daya manusia (SDM) yang melimpah tapi belum tersentuh dengan baik. Dengan membangun desa, diharapkan penduduk desa tidak akan tergiur pindah ke kota demi mencari penghidupan yang lebih baik. Mereka akan tinggal dan membangun desa mereka. Saya sangat menyadari bahwa literasi adalah hal terpenting untuk membangun suatu daerah. Membaca, menulis, dan kegiatan kreatif adalah pondasi kokoh agar suatu daerah berkembang dengan baik. Bila, di daerah kota sudah ada rumah baca kini langkah selanjutnya mengadakan rumah baca juga daerah pelosok desa. Saya bukanlah orang yang berasal dari kota, disini saya hanya menumpang tinggal sementara dan untuk mengisi otak saya dengan ilmu-ilmu yang dapat membuat kemajuan di desa saya dengan melakukan pengabdian kepada masyarakat.

Andai saya menjadi Wali Kota Pekanbaru, saya ingin memasyarakatkan pada pengusaha, pemerintah dan masyarakat akan pentingnya budaya wakaf buku. Buku yang didonasikan bisa bertema apa saja. Dari mulai sejarah, seni, budaya, filsafat, sastra, ekonomi, politik, sosial, hukum, geografi, fisika sampai dengan buku anak-anak sekalipun, akan di tampung. Buku-buku yang sudah terkumpul itu nantinya akan disalurkan lagi ke sekolah-sekolah terpencil maupun sanggar rumah baca di pelosok-pelosok desa yang dibuat. Upaya ini, disamping bertujuan untuk menekan kemungkinan korupsi dari semua donasi yang masuk, juga untuk membuat masyarakat akrab dengan dunia buku.

Andai saya menjadi Wali Kota Pekanbaru, saya akan mengajak semua media lokal untuk membuat rubrikasi yang khusus menampung tulisan dari para penulis pemula Kota/Kabupaten tercinta ini. Agar para penulis pemula itu merasa termotivasi dan karyanya terapresiasi dengan baik. Juga agar halaman-halaman media lokal tak hanya dimonopoli oleh segelintir penulis “senior”. Dari sinilah, saya berangan semoga saja tradisi menulis di Kota ini akan bertumbuh kembang dengan pesatnya.

Andai saya menjadi Wali Kota Pekanbaru, saya bermimpi menjadikan Pekanbaru bukan hanya sekedar Kota Wali, tapi juga kota surga bagi para pecinta buku dan aksara. Karena sungguh buku merupakan jembatan ilmu dan buku merupakan guru yang tidak pernah marah, Kota ini sangat tak bersahabat dengan para pecinta buku dan aksara. Untuk menemukan sedikit buku-buku yang berkualitas, lazimnya para pecinta buku Kota ini bereksodus dulu ke Jogjakarta maupun Jakarta. Lantaran di dua tempat itulah, buku-buku berkualitas mengalir dengan derasnya. Lahir setiap harinya. Maka jika Pekanbaru sudah menjadi surga bagi para pecinta buku, diharapkan tradisi eksodus itu tak lagi ada. Sebaliknya, para pecinta buku itu akan lebih betah dalam menularkan gairah menulisnya ke daerah sekeliling dia tinggal. Sudah saatnya ranah melayu ini menulis untaian kata dalam sebuah tulisan yang membawa karakter pendidikan menyenangkan dari kreativitas anak melayu . Bukulah yang akan memajukan suatu peradaban. Bukan mall maupun pusat perbelanjaan. Dan saya sadar, Kota ini masih dikerubuti penyakit tuna-baca, tuna-tulis dan tuna-dokumentasi. Kita baru terlepas dari endemi penyakit tuna-aksara, tapi belum juga bisa mentas dari ketiga penyakit kronis lanjutannya itu.

Dari beberapa program yang hendak dicapai haruslah ada pelaksanaannya, jika hanya mengeluarkan argumen atau ide semua orang bisa, jangan hanya menunggu adanya orang yang mengajak tapi dari gerakan tangan sendirilah yang seharusnya menjadi kemajuan untuk kota yang kita cintai ini. Di kota sudah lumayan banyak aksi cerdas untuk anak-anak penerus bangsa contohnya saja Rumah Baca Cerdas Ceria (Rumah Baca C2), berdiri di Kota Pekanbaru. Hadirnya Rumah Baca C2 diharapkan bisa menjembatani masyarakat, khususnya anak-anak untuk lebih tertarik dengan dunia buku. Selain hadir dengan Rumah Baca C2, sebagai tahap menarik minat baca masyarakat khusunya anak-anak, para inisiator juga memiliki program lain yang tidak kalah manarik. Mereka juga akan membuat sebuah program kunjungan ke berbagai Daerah di luar Pekanbaru (desa terpencil di Riau), dengan tujuan membudayakan anak-anak di pedalaman untuk lebih dekat dengan aktivitas membaca.

Aksi cerdas seperti inilah yang kita dambakan , dari satu tangan orang hingga menjadi ratusan bahkan ribuan. Dengan lahirnya generasi penerus bangsa berkarakter pendidikan, menjadikan bangsa ini terhindar dari yang namanya ketertinggalan. Dan pemimpin adalah orang yang mengetahui suatu cara, menjalankan dan sekaligus menunjukkan cara tersebut. Sebagai walikota tutup telinga namun buka mata lebar-lebar dan gerakkan tangan , jangan mendengarkan apa kata mereka lihat danlakukanlah apa yang dapat dirubah untuk suatu kemajuan daerah tercinta ini. Menjadikan kota Pekanbaru sebagai kota yang bertuah, yang mensejahterakan masyarakatnya.

Saya sabila aisyah putri seorang wanita yang siap menjadi wali kota ingin memajukan kota Pekanbaru melalui pikiran kritis, kreatif dan inovatif untuk membangun negeri seiring dengan  tanggung jawab kota ini berada di pundak saya.

“Tulisan ini di ikut sertakan dalam Lomba Hari Jadi Kota Pekanbaru ke 233 Tahun 2017”

Sabila Aisyah Putri

Nama Penulis : Sabila Aisyah Putri

Nama Sekolah : SMAN Plus Riau

About the author

Gambar Gravatar

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DISPUSIP) Kota Pekanbaru hadir sebagai salah satu wujud keseriusan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. DISPUSIP Kota Pekanbaru mengemban tugas untuk memberikan pelayanan yang terbaik di bidang perpustakaan dan Kearsipan.

Tentang Penulis: DISPUSIP Kota Pekanbaru

Gambar Gravatar
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DISPUSIP) Kota Pekanbaru hadir sebagai salah satu wujud keseriusan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. DISPUSIP Kota Pekanbaru mengemban tugas untuk memberikan pelayanan yang terbaik di bidang perpustakaan dan Kearsipan.

No More Posts Available.

No more pages to load.