Seandainya Nurul Alifia Ramadhani Jadi Walikota – Lomba Menulis

oleh
Nurul Alifia Ramadhani

“Aku ingin menyatukan rasa kepedulian mereka untuk bekerja bersama-sama menjadikan  pekanbaru menjadi lebih baik lagi”

Namaku Nurul Alifia Ramadhani, aku lahir dikota jambi pada tanggal 01 Desember 2000. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Temanku sering memanggilku Nurul atau Kak Alif. Sekarang aku berusia 16 tahun dan aku seorang pelajar yang bersekolah di salah satu sma di pekanbaru ini. Tepatnya di Pondok Pesantren Babussalam yang sedang duduk dibangku kelas 2 SMA. Aku pernah berkhayal “ Seandainya Aku Menjadi Walikota “ aku ingin merubah kota tempatku tinggal sekarang. Karena kota tempatku tinggal sekarang sedang menghadapi banyaknya masalah.

Seiring banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh kota ini, dan tak mungkin bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Sekalipun satu pihak itu adalah pemerintah dan segala jajarannya. Kalau diibaratkan permasalahan bangsa ini sudah seperti benang kusut yang hanya bisa diperbaiki dengan memotong bagian-bagian yang kusut. Tapi permasalahan kota tidak mungkin diselesaikan dengan semudah memotong bagian benang yang kusut tersebut.

Sekali lagi Aku katakan bahwa permasalahan kota ini tidak akan terselesaikan oleh satu pihak. Kontribusi yang dilakukan seluruh warga kota pekanbaru itu akan sangat berarti, sekalipun yang dilakukan hanyalah hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya. Apalagi sampai mampu berkontribusi nyata dalam lingkup yang lebih luas, seperti apa yang telah berhasil dilakukan oleh gerakan Indonesia mengajar, Indonesia Berkebun atau dengan perkumpulan bloggernya.

Aku memang paham bagaimana beratnya mengemban amanah menjadi seorang walikota, Aku sendiri pernah ingat suatu ketika diangkat menjadi seorang ketua organisasi non formal. Ketika Aku sebagai ketua organisasi tidak mampu berkomunikasi secara baik dengan anggota-anggota di dalamnya maka sebagus apapun program yang Aku rencanakan pada akhirnya tidak membuahkan hasil yang maksimal. Karena begitulah selayaknya seorang pemimpin, ia mampu menjadi pelayan bagi yang dipimpinnya.

Ketika suatu hari Aku berkhayal menjadi seorang walikota, yang langsung terbesit di pikiranku saat itu adalah bahwa sebenarnya masyarakat kota pekanbaru pada dasarnya adalah manusia-manusia yang peduli dengan lingkungan sekitarnya, tapi kadang lingkungan yang menghambat pikiran mereka untuk berkontribusi sampai akhirnya mereka menjadi tak acuh dengan kondisi sekitarnya lagi. Layaknya anak singa yang belum diizinkan untuk berburu oleh induknya, sampai akhirnya ia tidak memiliki kemampuan lagi untuk berburu. Aku ingin mereka bisa berkontribusi, baik secara personal maupun secara berkelompok.

Ketika aku nantinya menjadi walikota aku ingin seluruh masyarakat kota pekanbaru merasa bahwa mereka semua bisa berkontribusi. Tidak hanya menunggu hasil buruan dari induknya, tapi juga bisa berburu sendiri. Kita bisa melihat bahwa saat ini gerakan-gerakan sosial sudah begitu menjamur dimasyarakat, mereka melakukan hal-hal kebaikan tanpa pamrih. Satu hal yang mampu menggerakan mereka, yaitu rasa kepedulian. Aku pun menginginkan demikian, aku ingin tiap warga negara memiliki rasa kepedulian yang sama dan sebagai walikota aku akan mendukung semua kontribusi mereka sekalipun kontribusi tersebut hanya dalam lingkup yang sempit.

Aku pernah dengar bahwa di pekanbaru, terdapat banyak komunitas kreatif yang berkreasi dengan caranya masing-masing. Di mana masing-masing komunitas tetap bekerja berdasarkan core competence­-nya masing-masing namun memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadi bermanfaat untuk Pekanbaru yang lebih baik.

Yang luar biasa, hal itu dilakukan oleh seorang firdaus ketika dia belum menjadi Walikota pekanbaru. Firdaus di sini memberikan gambaran bahwa setiap orang pada dasarnya bisa berkontribusi dengan caranya masing-masing. Kemudian ketika telah diangkat menjadi pemimpin Ia pun tak sungkan untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang memberikan kontribusi untuk Pekanbaru. Selain itu, Ia tak lupa memperhatikan masyarakatnya secara intens, salah satunya memalui media baru yang berkembang saat ini, yaitu lewat media sosial. Aku pun ingin seperti itu.

Seandainya aku menjadi walikota, aku ingin mendukung apapun kontribusi dari masyarakat, baik yang sifatnya personal maupun komunitas, aku juga ingin sekali membuat mereka tergabung menjadi satu komunitas yang terintegrasi. Sehingga mereka bukan lagi terpisah-pisah dalam gerakan yang sifatnya kelompok kecil dan cakupannya sempit, melainkan mereka adalah komunitas sosial yang besar dengan kontribusi yang besar juga. Aku ingin menyatukan rasa kepedulian mereka untuk kemudian bekerja bersama-sama menjadikan kota Pekanbaru yang menjadi lebih baik lagi dengan cara mereka sendiri sesuai dengan core competence masing-masing komunitas sosial.

Menjadi seorang walikota adalah amanah yang diberikan oleh seluruh warga kota pekanbaru. Seseorang yang diangkat menjadi walikota berarti ia dipercaya oleh warga kota pekanbaru, sehingga siapapun yang menjadi walikota selayaknya juga bisa mempercayai warga yang telah mendukungnya. Andai aku jadi walikota, aku ingin sekali menjadikan kota Pekanbaru menjadi yang lebih baik lagi karena aku percaya seluruh warga pekanbaru juga memiliki keinginan yang sama, dan aku percaya hal itu bisa diwujudkan jika dilakukan secara bersama-sama.

“Tulisan ini di ikut sertakan dalam Lomba Hari Jadi Kota Pekanbaru ke 233 Tahun 2017”

 

Nurul Alifia Ramadhani

 

Nama Penulis : Nurul Alifia Ramadhani

Nama Sekolah : SMA Babussalam Pekanbaru

Tentang Penulis: DISPUSIP Kota Pekanbaru

Gambar Gravatar
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DISPUSIP) Kota Pekanbaru hadir sebagai salah satu wujud keseriusan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. DISPUSIP Kota Pekanbaru mengemban tugas untuk memberikan pelayanan yang terbaik di bidang perpustakaan dan Kearsipan.

No More Posts Available.

No more pages to load.